Senin, 15 Februari 2010

Bendera









Ku berjalan menysuri jalan di desaku. Terlihat sebuah bendera yang lusuh, kotoryang terikat di tiang yang terbuat dari bamboo. Tiang bambu itu agak menjorong kejalan dan di ujung lainnya yang tidak dipasangi bendera diikat dengan tali raffia pada sebuah pohon kecil yang nontabennya untuk menyangga tiang ambu tersebut dan ketika kuamati terlihat salah satu sisi bendera tersebut sudah mulai robek., mungkin disebabkan karena bendera tersebut selalu terpasang di tempat itu siang malam, cerah maupun hujan. Aku bertanya apakah orang yang memasang bendera ini tdak mengambilnya ketika hari hujan atau ketika hari menuju malam. Aku pun berpikir positif bahwa mungkin saja orang uyang memasangnya sibuk sehingga dia lupa.

Aku memandangi bendera itu dan seketika teringat akan ajaran dari guru sma Q yang bernama pak supriyadi, yang berkata dengan suara lantang dan tegas.
Pak supriyadi berkata:” Anak-anak kita harus menghargai bendera merah putih, karena merah putyih adalah symbol Negara kita. Kalian tahu kenapa anak-anak? Karean ketika kita tidak menghargai sang saka merah putih maka yang sebenranya kita menghina Negara kita kita sendiri, ini juga karena bendera dan Negara satu kesatuan. Jika mengina salah satu maka sma saja menghina keduanya.” Pada saat itu pun aku hanya terkagum-kagum melihat semnagat dari pak supri, lelaki yang berumur 50 tahun, berpawakan kurus, tinggi 170 itu, memakai baju kopri, dengan mata yang memandang dengan tajam dan suara yang lantang lalu mengucapkan berulang-ulang:”kalian harus menghormati bendra merah putih.” Kudengar kalimat itu diucapkan sampai 4 kali. Dalam hati aku berkata, apakah ini yag disebut semangat nasionalisme.
Apakah semangat ini yang menggerakkan pemuda-pemudi Indonesia untuk mengepung hotel yamato di Surabaya pada September 1945, yang penyebabnya adalah pengibaran bendera merah putih biru(bendera belanda). Ku membayangkan mungkin pada saat iu pemuda-pemudi dari seluruh pelosok Surabaya berbondong-bondong. Mereka tidak terima akan pengibaran bendera trersebut ini disebabkan pada saat itu sedang terjadi momentum pengibaran bendera merah putih di pelosok kota Surabaya setelah munculnya maklumat pemerintah tanggal 31 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Merah Putih dikibarkan terus di seluruh Indonesia. Kubayangkan semangat nasionalisme yang kuat dan kurasakan pada saat itu rasa menghargai bendera merah putih yang besar. Jika aku hidup pada saat itu, aku pu akan merengsek masuk ke dalam hotel yamato dan berkeinginan denga para pemuda yang lain untuk menyingkirkan bendera mrah putih biru itu dan menggantinya dengan sang saka merah putih secepatnya.

Aku pun kembali menatap dalam-dalam bendera lusuh itu. Kuraba bendera tersebut, dan kurasa kain sudah tidak halus; kasar, kotor dan mungkin jika aku tarik sedikit maka kain dari bendera tersebut akan sobek dan terurai. Aku berpikir kembali apa yang akan terjadi jika bendera itu di diamkan seperti itu terus dan bagaimana nasip selanjutnya. Apakah bendera itu akan didiamkan terpasang disana terus sampai hujan dan panas melemahkan dan mengurai setiap benang dalam bendera tersebut atau akan lebih parah lagi menjadi kain lap didapur dan meja makan.
Aku pun berlalu dan berjalan menjauh dari dari bendera itu dan sesekali menatap bendra tersebut yang masih bias berkibar ketika diterpa angina walaupu pada sisinya terjadi robekan-robekan kecil.

Tidak ada komentar: